Soalan:
Bukankah Olahraga yang dianjurkan diantaranya berkuda, bermain panah dan
berenang. Apakah kita tidak sedang meniru golongan bukan islam dimana
bola sepak berasal daripada non-muslim? Bukankah tidak ada contohnya dari para salaf?
Jawapan:
Di dalam buku “Sepak Bola Manfaat dan Mudharatnya Menurut Syari’at Islam”
ditulis oleh Asy Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman diterjemahkan oleh Abu
Ibrahim Arman LC penerbit Darul Qolam Jakarta Cetakan Pertama Th 1424H/2003M
hal 10 -13 dijelaskan sebagai berikut :
**** Awal Nukilan****
Dibolehkannya Berlatih Bola Sepak dan Manfaat-Manfaatnya.
Latihan bola sepak termasuk hal-hal yang dibolehkan kerana kami tidak
mengetahui satu dalilpun yang mengharamkannya. Hukum asal kepada segala
sesuatunya adalah mubah atau boleh, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa
latihan sepak bola termasuk mustahab (disukai) jika yang berlatih adalah
orang Islam agar kuat jasmaninya dan memperoleh semangat dan vitalitas
hidup. Syari’at Islam sangat menyukai mengambil faktor-faktor yang bisa
menguatkan badan agar dapat berjihad. Telah nyata sabda Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam :
“Orang yang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
orang yang beriman tapi lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan.”( Hadits
Riwayat Muslim no. 2664)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “…dan dalam permainan
bola, apabila pemainnya bertujuan mengambil manfaat, yaitu agar kuat fizikal
kuda dan penunggangnya dalam erti lain lebih lincah dan kuat dalam menyerang,
lari, masuk, keluar dan sebagainya dalam medan jihad yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka yang demikian adalah baik. Akan tetapi jika dalam permainan tersebut mengandungi bahaya bagi kuda dan penunggangnya maka semua itu dilarang.” (Mukhtasharul Fatawa Al Mishiah hal 251 dan telah dinukil oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri rahimahullah dan dalam kitab Al Idlah wat Tabyin hal 197 :
Dan dari hal yang patut untuk disebutkan disini adalah bahawa (bola sepak) telah dikenali di dalam kitab-kitab para ulama kita terdahulu, dengan nama-nama yang berbagai-bagai di dalam kitab-kitab bahasa mereka seperti Al Kujjah, Al Buksah, Al Khazafah, At Tun, Al Ajurrah, Ash Shaulajan dan Al Kurrah (lihat Al Qamusul Muhith dan Lisanul Arab)).
Syaikh Muhammad Sholeh Utsaimin rahimullah lebih memperincikan lagi hukum yang
berkaitan dengan latihan sepak bola, beliau berkata : “Latihan olahraga itu
boleh, selama tidak melalaikan kewajipan. Jika sehingga melalaikan kewajipan,
maka olahraga tersebut adalah haram. Apabila seseorang mempunyai kebiasaan
menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam olahraga, maka sesungguhnya dia
telah mensia-siakan waktu, minima keadaannya di dalam hal ini adalah makruh.
1) Adapun pemain olahraga yang hanya mengenakan seluar pendek sehingga
terlihat paha atau sebahagian besar auratnya, maka hal itu tidak boleh. Dan
yang benar adalah wajib bagi para pemuda (pemain, pentj) adalah menutup
aurat mereka dan juga tidak dibolehkan menyaksikan para pemain yang terbuka
pahanya (auratnya). (As-ilah Muhmalah hal 27, terbitan Dar Ibnul Qayyim,
Damman. Telah keluar fatwa yang serupa dari Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts
Alilmiah wa Ifta’ di Arab Saudi fatwa no. 2857 pada tanggal 8/3/1400H, fatwa
no. 3323 tanggal 19/12/1400H, fatwa no. 4967 tanggal 20/9/1402H, ditanda
tangani oleh Syaikh Bin Baz, syaikh Abdurrazaq ‘Afifi, Syaikh Abdullah
Ghudaiyan dan Syaikh Abdullah bin Qu’ud)
1) Makruh: sangat dibenci, hukum makruh boleh diidentitikan dengan haram, lihat
firman Allah dalam surat Al Isra’ ayat 22-38, hendaknya fatwa Asy Syaikh
Utsaimin ini dapat direnungkan dengan baik dan diambil pelajaran daripadanya,
pentj.
****Akhir Nukilan******
Sikap meniru orang-orang kafir yang didalam bahasa syar’i-nya adalah tasyabbuh. Berikut adalah penjelasan mengenai tasyabbuh yang diambil dari “Man Tasyabbaha biqaumin Fahuwa Minhum karya Dr. Nashir Abdul Karim Al Aqli penerbit Darul Wathan – Riyadh edisi bahasa Indonesia Tasyabbuh Sikap Meniru Kaum Kafir penterjemah Aboe Hawary penerbit Pustaka Mantiq Solo Cetakan 1 Agustus 1992″ hal 17
“Tasyabbuh yang dilarang dalam Al Qur’an dan As Sunnah secara syar’i adalah
menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya baik dalam
aqidah, peribadatan kebudayaan atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan
ciri khas mereka (kaum kafir, ed).
hal 30 – 32
Larangan bertasyabbuh terhadap hal yang bersifat umum ada empat perkara,
antara lain :
1. Masalah Aqidah
2. Yang berhubungan dengan hari besar atau perayaan-perayaan
3. Masalah Ibadah
4. Masalah Tradisi, akhlak dan tingkah laku
Seperti larangan mencukur jenggot, memakai mangkuk atau piring dari emas,
memakai pakaian yang merupakan syi’arnya orang kafir, bertabarruj
(menampakkan perhiasaan tubuh kepada lelaki yang bukan mahram) ikhtilat
(bergaul campur antara lawan jenis yang bukan mahram), lelaki menyerupai
perempuan dan perempuan menyerupai lelaki dan segala bentuk tradisi kafir
lainnya.
hal 34
Apakah ada perbuatan orang kafir yang dihukumi mubah ? Kami katakan bahwa
dinyatakannya mubah terhadap perbuatan orang kafir kerana perbuatan
tersebut menyangkuti masalah keduniaan dan bukan pula ciri khusus orang-orang
kafir. Disamping itu, masalah tersebut tidak pula membezakannya dari
orang-orang muslim yang shalih. Serta tidak membawa kepada kerosakan yang
besar terhadap kaum muslimin atau menguntungkan orang-orang kafir sehingga
menyebabkan diremehkannya kaum muslimin. Sebahagian perkara yang mubah
tersebut hendaklah semata-mata merupakan rekaan materi murni dan tidak
menyebabkan kaum muslimin terdorong untuk mengikuti kaum kafir sehingga
bakal membahayakan mereka. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keduniaan
yang tidak menyangkut aqidah dan akhlak maka semua itu termasuk dalam
perkara-perkara mubah.
salam.
No comments:
Post a Comment